Sejarah Bandara Polonia
Polonia
adalah daerah yang dari dahulu dikenal dan seiring perkembangan kota Medan,
menjadi saksi bisu kemajuan dunia dirgantara Sumatera Utara. Berbagai pesawat,
maskapai dan penerbang telah mencicipi sulitnya mengendalikan si burung besi di
kawasan padat penduduk kota Medan dilatari kontur perbukitan Bukit Barisan.
Padat penduduk dan kontur lingkungan yang bergelombang menandakan gambaran
tidak layak wilayah Polonia sebagai area penerbangan. Meski demikian telah 139
tahun Polonia diidentikkan dengan konsep kedirgantaraan, dan hal tersebut
seharusnya diapresiasi seiring dengan kepindahan Bandar udara utama Polonia ke
Kuala Namu International Airport (KNIA) terhitung sejak 25 Juli 2013. Meski
telah “habis tempat” akan tetapi jasa dan kenangan akan bisingnya wilayah
Polonia tidak akan lekang dari sanubari penduduk yang terkenang akan raungan
mesin – mesin pesawat di area yang dahulunya permukiman orang Polandia
tersebut.
Sejarah
perkembangan daerah Polonia, Medan tercatat sejauh tahun 1872 dimana area
tersebut dimiliki oleh seorang berkebangsaan Polandia bernama Michalsky. Area
rawa tak bertuan tersebut dibeli dan diolah oleh Michalsky menjadi area
perkebunan tembakau yang cukup luas dan produktif. Dikarenakan wilayah tersebut
masih berlabel “tanah tak bertuan” maka Michalsky menamakan daerah tersebut
POLONIA, bahasa latin untuk menyebut Polandia, dengan harapan daerah tersebut
dapat dikembangkan sebagai perkampungan orang Polandia yang bekerja di daerah
Sumatera Timur. Tak lama kemudian, pada tahun 1879 Michalsky menjual
perkebunannya kepada konsesi Nederlansche Vereeneging Deli Matschappij (Deli
Mij) yang berbuntut pada penggusuran warga Polandia di daerah Polonia.
Penggusuran ini pun ditengarai tidak lama karena kemudian kapling – kapling
perkebunan tersebut dikonsesikan kepada pemerintah Kolonial untuk dijadikan
masterplan pembangunan perumahan para ekspatriat asing. Hal ini mungkin
disebabkan sudah berdirinya beberapa perumahan berdesain barok milik Baron
Michalsky dan beberapa karyawannya.
Ket: Rumah Baron Michalsky di Polonia "tempo doeloe"
Setelah
tahun 1909 perkembangan kota Medan yang semakin meluas menyebabkan perkembangan
di beberapa daerah sekitar Polonia, antara lain daerah Sei Mati / Sukaraja,
Kotamaksum, Pasar Lama dan Glugur. Bahkan di lingkup Polonia sendiri sudah
berdiri beberapa kampung mandiri yang bercorak suku yaitu perkampungan orang
India di sebelah barat, perkampungan Minangkabau sebelah tenggara, perkampungan
Arab di sebelah timur persis di seberang Pasar Lama dan perkampungan orang
Melayu dan Mandailing yang tersebar di daerah – daerah sebelah utara. Munculnya
perkampungan – perkampungan yang mengitari daerah sekitar Polonia, Istana
Maimoon dan Pasar Lama mungkin ada kaitannya dengan pengesahan status Kota
Medan menjadi Gemeente. Indikator
kemajuan kota Medan yang lain adalah dengan keberadaan kurang lebih 10.000
orang China yang telah berdomisili di daerah Pasar Lama – Kotamaksum.
Seiring
dengan rencana kedatangan penerbangan perintis Fokker oleh trio van der Hoop,
VP. Poelman dan Van der Broeke dari
Belanda menuju Medan, maka ada inisiatif dari pemerintah gemeente untuk
membangun sebuah lapangan terbang sederhana, meski kemudian keinginan tersebut
gagal terpenuhi akibat mepetnya waktu dan persiapan. Pendaratan van der Hoop
dan kawan – kawannya di alihkan ke pacuan kuda Deli Renvereninging. Pembangunan
lapangan terbang yang gagal tersebut kemudian dimunculkan kembali oleh Gubernur
Sumatera Timur saat itu, CS van Kempen pada taun 1910 dan berhasil
diimplementasikan dengan terbangunnya sebuah lapangan terbang sederhana pada
tahun 1028. Kedatangan enam pesawat KNILM milik pemerintah Kolonial menandai
keberhasilan pembangunan tersebut, sekaligus meresmikannya. Nama Polonia
kembali dicantumkan sebagai nama lapangan tersebut hingga kini. Pada tahun 1936
landasan pacu lapangan udara tersebut direnovasi sejauh 600 meter. Seiring
kemerdekaan, keberadaan Lapangan Udara Polonia menjadi vital, sehingga ikut
diakuisisi oleh Pemerintah Republik Indonesia. Keberadaan Lapangan udara yang
mengatur perjalanan kedirgantaraan arus lalu lintas udara Indonesia di bagian
Sumatera tersebut menjadi tidak tergantikan, bahkan menjadikan kota Medan
sebagai kota terpadat ketiga di Indonesia disamping Jakarta dan Surabaya. Pada
tahun 1975 Departemen Pertahanan dan Keamanan RI meresmikan status pengelolaan
bersama lapangan udara Polonia menjadi Pangkalan Udara AURI dan Pelabuhan Udara
Sipil. Pada tahun 1985 pengelolaan tersebut beralih kepada PT Angkasa Pura,
seiring 1 Januari 1994 berubah menjadi PT ANGKASA PURA II (Persero).
Pada
tahun 2006 Wakil Presiden Jusuf Kalla menginginkan adanya sebuah bandara yang
jauh lebih besar dan memiliki landasan pacu yang lebih banyak dibanding dengan
Bandara Polonia sekarang. Hal ini disebabkan sudah terlalu sempitnya Polonia
sebagai bandara yang tidak mungkin diperluas karena area disekeliling bandara
tersebut telah berubah menjadi perumahan – perumahan padat penduduk. Jusuf
Kalla menginginkan adanya sebuah Bandara yang jauh dari keramaian sehingga
mampu meminimalisir potensi kecelakaan di daerah perumahan dan tentu lokasi
yang selalu dapat diperluas. Lokasi tersebut jatuh pada daerah Kuala Namu. Pada
tahun 2013 bandara Kuala Namu International Airport (KNIA) dirasa sudah siap
operasional. Oleh karena itu terhitung 25 Juli 2013 pukul 00.00 semua
penerbangan komersil Bandara Polonia dialihkan ke Bandara Kuala Namu, yang
terintegrasi dengan system tol, kereta api dan terminal bus. Pengelolaan
Bandara Polonia kemudian diserahkan kepada TNI – AU dan kemudian diganti nama
menjadi Pangkalan Udara Soewondo, sebuah penghargaan kepada Prajurit AURI Soewondo
yang gugur tertembak pesawat Belanda di Pematang Siantar.
Sumber:
2Daniel Perret. 2010. Kolonialisme dan Etnisitas:
Batak dan Melayu di Sumatera Timur Laut. Jakarta: KPG.
Special Thanks:
1My dearest supporter within time, Yohana Samuelin
Morina br Ginting, S.Si. Theol
2Prajurit Soewondo, bersama ribuan bunga bangsa
yang pernah berjuang membela kemerdekaan Bangsa Indonesia, Swa Bhuwana Paksa
3Warga Polonia, Medan… Semoga jasa Bandar udara
Polonia tetap dikenang sebagai mantan gerbang utama Sumatera Utara.