Begu Salih Salihen
Konon tersebut di sebuah hutan
belantara di Tanah Karo, terdapat rumah seekor harimau jadi – jadian yang
populer di sebut Begu Salih – Salihen. Kerjanya adalah menangkapi penduduk yang
lewat untuk dimakan serta merampok harta benda yang dibawa penduduk tersebut.
Akibat perbuatannya tersebut, semakin jarang ada penduduk yang mau tinggal di
kampung pinggiran hutan tersebut, karena pasti menjadi korban Begu Salih –
Salihen. Tidak hanya harta, nyama pun menjadi taruhan apabila melintas daerah
kekuasaan Begu Salih – Salihen.
Alkisah, terdapat seorang
pengemis yang seumur hidupnya dihabiskan dengan meminta sedekah kepada para
penduduk. Apabila tiada berhasil ia meminta ke sana ia pasti mencoba meminta
kesini, sungguh susah memang penghidupan sang pengemis tersebut. Belum lagi ia
masih harus memberi makan anaknya yang masih kecil.
Pada suatu senja tampaklah sang
pengemis sedang berjalan di hutan kekuasaan Begu Salih – Salihen. Dikarenakan
kemampuan menyamarnya sebagai jadi – jadian yang mumpuni berikut tegur sapanya
yang sopan dan ramah maka tiada curiga sang pengemis sewaktu disapa. Akibat
gelapnya hari maka ditawarkan Begu Salih – Salihen kepada si pengemis untuk
bermalam saja di tempatnya. Tawaran manis tersebut tanpa basa – basi langsung
diterima si pengemis dikarenakan keletihan yang amat sangat setelah berjalan
beberapa hari tersesat di hutan.
Dasar karena ada maunya, Begu
Salih Salihen menerima kehadiran si pengemis dan anaknya dengan baik. Segala
makanan, minuman dan tempat tidur disediakan dengan cepat. Setelah mereka
bertutur maka diketahuilah adanya hubungan kekeluargaan di antara mereka.
Sewaktu ,ereka berbincang dengan akrabnya, sesekali Begu Salih – Salihen
mengaum meski dia berusaha keras untuk menutupinya. Oleh karena itu segera diketahhui
sang pengemis bahwasanya dia dan anaknya telah masuk perangkap Begu Salih –
Salihen. Meski demikian, ia tidak mau menyerah begitu saja, dicarinya akal agar
dapat keluar dari perangkap tersebut.
Setelah malam menjadi larut,
dipersilahkan Begu Salih – Salihen agar tamu dan anaknya segera tidur, agar
dapat beristirahat dengan nyenyak. Hal ini dimaksud agar ia dapat memakan
pengemis atau setidaknya anak pengemis sewaktu mereka terlelap. Akan tetapi
ternyata tanpa sepengetahuannya si pengemis pun juga menyusun rencana untuk
kabur dari sarang si Begu Salih – Salihen. Si Anak yang telah mengantuk dan
hampir terlelap dicubitnya keras – keras agar terbangun dan menjerit karena
sakitnya. Dengan demikian segera diketahui bahwasanya mereka berdua belum
tidur.
Mendengar tangisan si anak
pengemis, Begu Salih – Salihen beranjak dari tempat tidur dan segera bertanya
kepada si pengemis, “Mengapa anak itu menangis?” Jawab Sang Pengemis, “Ahh..
Anakku ini memang nakal. Malam – malam begini gelang emas yang dimintanya, kemanalah
aku cari gelang emas di malam yang buta ini?” Dasar rakusnya memang tidak
tertahan, dengan cepat Begu Salih – Salihen mengambil sebuah gelang emas hasil
rampokannya kepada warga kampung dahulu dan menyerahkannya kepada si pengemis.
Sesudah itu malam kembali sepi senyap dan sangka Begu Salih – Salihen
bahwasanya mereka berdua sudah terlelap maka bersiaplah ia. Melihat si anak
akan kembali tertidur dengan cepat dicubit pengemis anaknya dan suara tangisan
kembali membahana. Kali ini sang anak meminta kalung jelas si pengemis kepada
tuan rumah. Karena mengharapkan mereka supaya lekas tidur maka dengan cepat
pula diberikan Begu Salih – salihen apa yang diminta sehingga sudah banyak
diperoleh pengemis tersebut harta secara cuma – cuma.
Ketika hari sudah menjelang
pagi, si Pengemis dengan cepat mencari akal agar bisa keluar dari sarang Begu
Salih Salihen secara aman. Maka dikatakannya kepada sang Begu Salih – Salihen
bahwasanya kecip pembelah pinangnya terjatuh di kolong rumah. Oleh karena itu
ia bermaksud untuk mengais kolong rumah dan dimintanya Begu Salih – Salihen
untuk menjaga anaknya, siapa tahu nanti menangis mencari ibunya. Sangat senang
Begu Salih – slaihen sewaktu mendengar permintaan si pengemis, karena dengan
itu ia dapat melaksanakan keinginannya untuk memakan anak pengemis itu. Adapun
si pengemis telah menempatkan sebuah perian (tempat air yang terbuat dari kaca)
yang dibalut dengan kain tidur, apabila dilihat sepintas terlihat seperti anak
kecil yang sedang terlelap. Sesudah menyembunyikan anaknya di dalam kain baju,
si pengemis lari menembus kegelapan senja. Tak lupa diikatnya sebuah puntung
berapi ke ekor peliharaan Begu Salih – Salihen sebagai umpan apabila aksinya
ketahuan.
Lama sekali Begu Salih –
Salihen yang nafsu laparnya tak lagi tertahan menunggu di kamar sang tamu.
Setelah sekian lama ditunggu dan tiada berkabar lagi si pengemis, maka
diterkamnya anak yang terbaring di tempat tidur itu. Dengan segera memancur
benda cair dari bungkusan kecil yang disangkanya anak tersbur dan dihisap – hispanya
kuat – kuat demi memuaskan ras lapar dan dahaganya. Akan tetapi, dia mulai
curiga dikarenakan rasanya tidak seperti darah, tetapi seperti air. Segera
diketahuinya bahwa ia telah ditipu, anak manusia yang dikiranya tersebut
ternyata hanyalah perian pendek terbungkus kain yang kini telah basah.
Memuncak kemaran Begu Salih –
Salihen yang merasa ditipu dan kemudian dilihatnya bahwa di kolong rumah ada
cahaya api bergerak – gerak di dalam gelap. “Mungkin itu si Pengemis yang masih
mencari kacipnya” pikir sang Begu, dengan segera dikejarnya cahaya tersebut.
Akan tetapi pengejaran cahaya tersebut sulit, karena makin dikerjarnya cahaya
tersebut, makin menjauh pula jarak diantara mereka. Setelah sekuat tenaga
dikejarnya cahaya yang dipikirnya dari api pengemis tersebut maka terkejutlah
ia bahwa yang membawa api bercahaya tersebut ternyata adalah babi kepunyaannya
sendiri. Puntung api yang diikatkan pengemis ke ekor babinya mengecoh si Begu
Salih – Salihen untuk kedua kalinya dan ia telah membuang waktu mengejar
sesuatu yang tiada pernah disangkanya.
Dengan tidak membuang waktu
lagi, pencarian si pengemis dan anaknya di teruskan oleh sang Begu ke seantero
wilayah hutan. Si pengemis sendiri sebenarnya telah beradi di batas pekarangan
Begu Salih – Salihen, mengingat begitu luas dan rumitnya hutan milik sang Begu,
dan sedang melewati titi (jembatan dari batang kayu). Setelah sukses
menyeberang, pengemis menarik titi tersebut ke arahnya dengan ujung tepian titi
hanya menempel di tanah, tidak lagi bertumpu, sehingga apabila ada yang memakai
titi tersebut akan langsung jatuh ke sungai berarus deras. Didengarnya Begu
Salih – Salihen memanggil dan segera dibalasnya dengan berteriak teriak.
Mendengar respon dari orang yang dicarinya, kalaplah Begu Salih – Salihen mendengar
bahwa si pengemis hampir lepas dari daerah kekuasaannya. Dikejarnya asal suara
tersebut dan melompat ia ke titi, bermaksud untuk menyeberang sungai.
Alangkah malang nasibnya ketika
menginjak titi saat itu juga titi tersebut jatuh ke bawah sungai. Begu Salih –
Salihen yang malang langsung menghujam ke bawah dan hanyut ke dalam arus air
yang deras. Si pengemis mencoba memanas – manasi Begu Salih – Salihen dengan
teriakan – teriakan mengejek di tengah keremangan mentari pagi namun tidak
mendapat respon jawaban. Nyatalah bahwa Begu tersebut telah hanyut dibawa arus
deras air tersebut, tiada lagi berkabar.
Akhirnya pulanglah si pengemis
ke rumahnya sendiri. Keesokan harinya bersama penduduk kampung, di datanginya
kembali secara beramai – ramai rumah sang Begu Salih – Salihen dan menguras
semua harta Begu Salih – Salihen yang selama ini dia dapat dengan meneror
penduduk kampung, dan mengubur tulang – tulang sanak famili mereka yang pernah
menjadi korban keganasan sang Begu Salih - Salihen. Sejak saat itu, si pengemis
berubah menjadi orang kaya dan hidup berkecukupan.
Sebuah Cerita dari Tanah
Simalungun,
Sumber:
Burhanuddin Ch. Usman, et.al.
Cerita Rakyat dari Sumatera Utara. (Balai Pustaka: Jakarta. 1981) hlm. 19 – 22.
Wah.. Ini benar benar diluar dugaan, saya baru pertama kali mambaca cerita ini walaupun saya tinggal di daerah simalungun
BalasHapusSungguh cerita yg luar biasa
BalasHapusSaya baru baca cerita begu salih salih
BalasHapusNice
BalasHapusManaboruni raja nya..
BalasHapusSiapa nama borunirajanya
BalasHapusTidak sesuai
BalasHapus