Kemenangan Jokowi, Kemenangan
Rayat Sirulo
Tak
terasa perhelatan akbar Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Republik
Indonesia telah selesai dengan baik, terkawal dan terkontrol. Pilpres yang baru
saja berakhir ini menghasilkan Presiden baru yaitu Ir. H. Joko Widodo (alias Jokowi)
dengan wakil beliau yaitu Haji Mohammad Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden yang
akan memimpin bangsa Indonesia selama lima tahun ke depan. Kemenangan yang
banyak disebut sebagai kemenangan rakyat Indonesia tersebut unggul tipis dengan
pesaingnya Prabowo Subianto – Hatta Rajasa dengan jumlah suara yang tidak
terlampau jauh secara statistik, yaitu 70.991.883 (53.15 %) berbanding
62.574.444 (46.85 %). Dengan demikian pada tanggal 22 Juli 2014 secara sah,
Jokowi – JK memenangkan Pilpres 2014, pesta demokrasi yang luar biasa ini.
Kemudian bagaimana partisipasi rakyat Karo dalam tahapan pesta demokrasi yang
hanya bergulir tiap lima tahun ini?
Meski
rekapitulasi Sumatera Utara terakhir diumumkan oleh KPU, akan tetapi peran
serta orang Karo baik secara individu maupun kelompok tercermin dengan baik.
Secara individu, orang Karo memainkan peran vital dalam institusi Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Pusat, yang dipimpin oleh dua tokoh Karo yaitu Husni Kamil
Manik dan Ramelan Surbakti.
Tokoh
pertama adalah Ramelan Surbakti, Lebih dikenal secara nasional dengan nama Ramlan
Surbakti, putra Karo yang lahir dan besar di sebuah kampung Tanjung Merawa,
bersebelah dengan kampung Tiganderket, Kecamatan Payung Kabupaten Karo (kini
telah mekar menjadi kecamatan
Tiganderket yang mandiri). Tokoh nasional yang lahir pada 20 Juli 1956 di Desa
Tanjung Merawa ini dikenal dekat dan pandai bergaul oleh teman – teman seangkatannya.
Dengan penuh kesederhanaan beliau menikmati masa kanak – kanak beliau
selayaknya bocah – bocah Karo lainnya, bemain di sawah (muro), mandi di sungai
dan menikmati tradisionalitas budaya masyarakatnya. Beliau mulai bersekolah di
SR Tanjung Merawa pada tahun 1959 – 1964, SMP Negeri Tiganderket pada 1965 –
1968 dan SMA Negeri I Kabanjahe pada tahun 1969 – 1971. Pada tahun 1972 beliau
memutuskan untuk melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Berkuliah pada masa itu merupakan kesempatan langka, terutama bagi masyarakat
pedesaan Karo. Merantau ke Pulau Jawa merupakan impian dan apabila berhasil
akan menaikkan prestise dan status sosial bagi pemuda / pemudi bersangkutan.
Kebetulan sekali, di kampung beliau bertetangga dengan Masri Singarimbun yang
telah terlebih dahulu merantau ke Yogyakarta. Selama di Yogyakarta, beliau
aktif sekali dalam membangun fondasi terbentuknya masyarakat Karo Yogyakarta
pada masa kini. Beliau menyelesaikan skripsi beliau dengan judul “Faktor –
Faktor yang Mempengaruhi DPRD Dalam Menyelesaikan Fungsinya" pada tahun 1977.
Kemudian beliau mengembangkan karir beliau sebagai dosen di Universitas Airlangga,
Surabaya. Di Unair lah beliau mengajarkan ilmu yang beliau dapat di Kampus
Biru, dan jua mendapatkan status pengangkatan PNS pada tahun 1979 dengan
pangkat Asisten Ahli Madya. Pada tahun 1981 beliau mendapatkan kesempatan untuk
mendalami program Master di Departemen Ilmu Politik, Ohio University Amerika.
Di tengah perjuangan mendapatkan gelar S2, beliau mengusulkan agar dibentuk Jurusan
Ilmu Politik di Fisip Unair. Dengan komunikasi yang tetap intens, usul beliau
diterima, dan beliau dengan segera diangkat menjadi Ketua Program Studi Ilmu
Politik Unair, selepas beliau menamatkan program Master beliau. Tak lama
berselang, pada tahun 1988 beliau ditawari kembali mendalami ilmu politik di
Departemen Politik dengan Spesialisasi Perbandingan Politik, Filsafat Politik,
dan Local Politik di Illinois University Amerika. Selesai pada tahun 1991,
beliau kembali ke almamater beliau tercinta Unair Surabaya dan mengajar program
Master dan Doktoral di sana. Pada tahun 1998 Beliau berkesempatan untuk
dikukuhkan sebagai Guru Besar Madya dalam Perbandingan Politik dengan Pidato
Penerimaan Jabatan berjudul Reformasi Lembaga Kepresidenan. Setahun kemudian
beliau diangkat menjadi Anggota Panitia Pengawasan Pemilu Pusat untuk mengawal
proses berdemokrasi pertama era Reformasi. Meski berat dan banyak tantangan,
intimidasi serta konspirasi, mereka mampu mengawal berlangsungnya Pemilu
pertama tersebut dengan sukses. Kesuksesan ini diikuti dengan undangan masuk Tim
7 Depdagri yang mempersiapkan RUU Parpol, RUU Pemilu, RUU Susduk dan RUU Pemda.
Keberhasilan yang disertai kerja keras tentu membuahkan hasil yang maksimal.
Pada tahun 2001 kursi Wakil Ketua KPU periode 2002 – 2004 berhasil beliau raih.
Prestasi beliau semakin mengkilat setelah dilantik menjadi Ketua KPU 2004 –
2007 yang menghasilkan Jenderal Soesilo Bambang Yodhoyono sebagai Presiden ke –
6. Kursi panas KPU peride berikutnya beliau serahkan kepada orang Karo
berikutnya, yaitu Husni Kamil Manik.
Husni
Kamil Manik merupakan tokoh sentral dalam pemilu legislatif dan presiden kali
ini. Beliau merupakan Ketua KPU Pusat yang beliau jabat sejak 12 April 2012.
Beliau lahir pada 18 Juli 1975 akan tetapi beberapa situs hanya mencantumkan
Medan, Sumatera Utara sebagai tempat kelahiran. Akan tetapi apabila dilihat
bahwa beliau menamatkan sekolah di SDN 04 Kabanjahe dan MTsN Kabanjahe, dapat
diduga bahwa beliau lahir dan dibesarkan di ibukota Tanah Karo tersebut. Masa sekolah
lanjutan menengah beliau jalani di MAN I Medan dan beliau lanjutkan di Fakultas
Pertanian Universitas Andalan, Padang, Sumatera Barat pada tahun 1994. Pada
tahun 1998 beliau mulai memasuki dunia keorganisasian seiring dengan
melanjutkan studi di PPS Universitas Andalas Padang, dan berhasil meraih posisi
Sekjen Senat Mahasiswa Universitas Andalas pada tahun tahun yang sama. Jabatan
prestisius berikutnya adalah Pengurus PB HMI pada tahun 2003, anggota KPU
Sumatera Barat dua periode berturut 2003 – 2008 dan 2008 – 2013. Beliau juga
menjabat sebagai Sekretaris PWNU Sumbar pada tahun 2010 – 2015. Pada 12 April
2012 beliau dipilih menjabat sebagai Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pusat yang
bertugas menyiapkan dan melaksanakan proses pemilihan legislatif dan presiden
berikutnya seusai masa jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Meski banyak
terkendala pendistribusian logistik dan tata komunikasi yang kacau, beliau
berhasil mengimplementasikan kegunaan Teknologi Informasi dalam pemilu kali
ini, menyelenggarakannya dari Sabang hingga Merauke, Miangas hingga Rote,
bahkan hingga ke luar negeri. PPLN Luar Negeri mampu menjalankan tugas mereka
dengan baik, dan mengatur penyelenggaraan pemilu hingga terlaksana meski
terdapat beberapa riak kecil di kantor kedutaan seperti di kedutaan Indonesia
untuk Malaysia. Dengan pendekatan teknologi informasi masa kini, beliau juga
mampu meningkatkan partisipasi warga Negara Indonesia hingga jumlah yang cukup
pantas diapresiasi. Belum pernah ada antusiasme dari warga Negara untuk
mengikuti dan mengawal keberlangsungan pemilu seperti yang telah berlangsung
tahun ini.
Di
luar Ramlan Surbakti dan Husni Kamil Manik yang popular berkat posisi strategis
mereka di KPU, terdapat juga Arya Mahendra Sinulingga Pemimpin Redaksi RCTI
sekaligus Anggota Tim Pemenangan Probowo – Hatta yang menjadi populer akibat campur
tangannya dalam proses pemilihan materi berita yang memuat bocornya materi
debat capres – cawapres, yang dapat dikategorikan sebagai black campaign
terhadap salah satu kandidat capres – cawapres. Akibatnya Arya Sinulingga
dilaporkan kepada pihak yang berwajib dan namanya langsung berkibar di seantero
negeri, terlepas dari pro – kontra aksinya. Setelah kasus tersebut memasuki
ranah hukum, nama Arya Sinulingga pun kembali tenggelam.
Salah
satu tokoh yang berperan dalam pilpres kali ini yang memiliki kaitan kuat
dengan Rakyat Karo Sirulo adalah Jokowi. Kenapa dapat dikatakan kuat, karena
beliau setidaknya telah berinteraksi langsung dengan masyarakat Karo secara
intens. Pertama pada 15 September 2012 Jokowi datang ke Kampung Karo,
Cililitan, Jakarta Timur untuk ditabalkan menjadi merga Perangin – Angin,
mengikuti merga yang telah diberikan masyarakat Karo kepada “Ibu” beliau,
Megawati Soekarnoputri. Orang Karo merasa dekat dengan Soekarno dan PDI karena
dahulu Presiden Soekarno pernah diasingkan di Berastagi, Tanah Karo, Sumatera
Utara pada masa revolusi. Interaksi Soekarno dengan masyarakat Karo pun sangat
intens meski dikurung di sebuah rumah, terbukti dari jaminan keamanan serta
pengamanan oleh para panglima dan simbisa Karo di kantong – kantong perjuangan
seputar Berastagi. Partai Demokrasi Indonesia, warisan Soekarno juga terus
hidup di sanubari kebanyakan masyarakat Karo. Hingga kini fakta membuktikan
basis terkuat Jokowi adalah Solo dan Jawa Tengah sebagai kuta kemulihennya, tetapi sarang PDI paling jaya adalah Sumatera
Utara.
Periode
kedekatan Jokowi dengan rayat sirulo kedua adalah sewaktu beliau mengunjungi
pengungsi erupsi Gunung Sinabung pada 10 Juni 2014. Setelah berbulan – bulan hidup
mengungsi, sebagian besar pengungsi sadar mungkin pemerintah pusat telah melupakan
mereka. Pola penanganan erupsi Sinabung gagal dicanangkan sebagai bencana
nasional, kalah metode dengan penanganan gunung Merapi dan erupsi Bromo. Oleh
karena itu, kedatangan Jokowi yang melihat dan berinteraksi langsung dengan
pengungsi menjadi oase dan harapan baru bagi terbitnya terang di pengungsian. Tidak
saja pos pengungsian umum dan pemerintah, beliau juga menyempatkan berkunjung
ke pos - pos pengungsian GBKP sebagai lembaga pengayom terbesar orang Karo,
sesuatu hal yang tidak dilakukan Presiden SBY dalam kunjungannya ke Karo. Jokowi
berjanji apabila menjadi presiden RI, beliau akan mencoba menerapkan metode
baru dalam penanganan bencana erupsi Gunung Sinabung.
Tak
dinyana, 22 Juli 2014 KPU mengumumkan bahwa Mama
Nangin kuta Solo nari inilah yang memenangkan pemilihan presiden 2014
setelah proses berdemokrasi yang panjang. Beliau meraih selisih suara sebanyak
8 juta suara yang mengesahkan beliau menjadi Presiden Republik Indonesia ke 7
dalam sejarah panjang negeri ini. Kemenangan ini tak lepas dari dukungan rayat
sirulo, dimana hasil rekapitulasi KPU menayangkan hasil rekap suara dari
Sumatera Utara 2.831.514 (44.76 %) untuk Probowo Subianto dan 3.494.835 (55.24
%) dengan suara sah enam juta orang! Daerah luar Jawa lainnya pun tidak ada
yang menembus hingga lima juta suara, sehingga menurut penulis kemenangan ini
layak didedikasikan kepada rayat sirulo Karo dengan segenap warga Sumatera
Utara. Kemenangan Tambarmalem ini
semoga memberi dampak nyata bagi Bumi Turang Simalem, Nini Deleng Sinabung dan
Rayat Sirulo. Salam Tiga Jari! Mejuah – Juah!
“Deleng
Simole, Ndauh kel beritana..
Nde Kutabuluh
nina ture – turena..
Tambarmalem
mergana, singiani kutana..
Nde Tarigan
mergana, simajekken lulangna..”
- Deleng
Simole.
Special
Thanks:
1. Kompas, edisi Rabu 23 Juli 2014
2. Wawancara dengan Sejahtera
Singarimbun (Yogyakarta) dan Pusaka Suci Singarimbun (Jakarta) 22 Juli 2014
7. Segenap Rayat Sirulo Karo, dimana
pun berada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar