Powered By Blogger

Senin, 08 Oktober 2012

Dr. Ichwan Azhari: Nama Batak Bukan dari Orangnya

Nama Batak bukan dari Orangnya!

Batak sebagai nama etnik (suku) ternyata tidak berasal dari orang Batak sendiri, tapi diciptakan atau direkonstruksi oleh para musafir Barat dan kemudian dikukuhkan oleh misionaris Jerman yang datang ke Tanah Batak sejak tahun 1960 - an. Sebab dalam sumber - sumber lisan dan tertulis, terutama di dalam pustaha (tulisan tangan asli Batak) tidak diketemukan kata Batak untuk menyebut diri sebagai orang atau etnik Batak. Jadi dengan demikian nama Batak tidak asli berasal dari dalam kebudayaan Batak melainkan sesuatu yang diciptakan dan diberikan dari luar. Demikian dikatakan sejarawan dari Unimed, Ichwan Azhari dalam keterangan persnya, Minggu 14/11. Ichwan Azhari yang juga ketua Pusat Studi Sejarah dan Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan (Pussis - Unimed) yang baru mengakhiri penelitiannya selama 2 bulan pada arsip misionaris Wuppertal, Jerman atas biaya Dinas Pertukaran Akademis (DAAD) Pemerintah Jerman mengungkapkan, selain meneliti arsip misionaris Jerman juga melengkapi datanya ke arsip KITLV di Belanda. Selama meneliti, juga mewawancarai sejumlah pakar Batak di Belanda dan Jerman seperti Johan Angerler dan Lothar Schreiner.
Kata Batak menurut Ichwan, awalnya diambil para musafir  yang menjelajah ke Sumatera dari para penduduk pesisir untuk menyebut kelompok etnik yang berada di pegunungan dengan nama bata. Tapi nama yang diberikan penduduk pesisir ini berkonotasi negatif bahkan cenderung menghina untuk menyebut penduduk pegunungan itu sebagai kurang beradab, liar dan, tinggal di hutan," ungkap Ichwan. Pada sumber - sumber manuskrip Melayu klasik yang ditelusurinya, seperti manuskrip abad 17 koleksi Leiden juga ditemukan kata Batak di kalangan orang Melayu di Malaysia.Penyebutan itu sebagai label untuk penduduk yang tinggal di rimba pedalaman Semenanjung Malaka. Saat Malaka jatuh, ke tangan Portugis (1511), Puteri Gunung Ledang yang sangat dihina dan direndahkan oleh teks ini, melarikan ke hulu sungai dan dalam teks disebut: "masuk ke dalam hutan rimba yang amat besar hampir dengan negeri Batak. Maka diambil oleh segala menteri Batak itu, dirajakannya Puteri Gunung Ledang itu dalam negeri Batak itu." Tidak hanya di Malaysia, di Filipina juga penduduk pesisir menyebut penduduk pedalaman dengan stereotip atau label negatif sebagai Batak. Untuk itu menurut Ichwan, cukup punya alasan dan tidak mengherankan kalau peneliti Batak terkenal asal Belanda bernama Van der Tuuk pernah risau dan mengingatkan para misionaris Jerman agar tidak menggunakan nama Batak untuk nama Etnik karena imej negatif yang terkandung pada kata itu. Di Malaysia dan Filipina penduduk yang diberi label Batak tidak mau menggunakan label merendahkan itu menjadi nama mereka. 
Sedangkan di Sumatera Utara label itu terus dipakai kaena peran misionaris Jerman dan Pemerintah Kolonial Belanda yang memberi konstruksi dan makna baru atas kata itu. Dalam penelitian di arsip misionaris Jerman di Wuppertaal sejak bulan September 2011, Ichwan Azhari melihat para misionaris sendiri awalnya mengalami keragu - raguan untuk menggunakan kata Batak sebagai nama etnik.  Hal ini dikarenakan kata Batak itu tidak dikenal oleh orang Batak ketika para misionaris datang dan melakukan penelitian awal. "Para misionaris awalnya menggunakan kata bata sebagai kesatuan dengan lander, jadi bata lander yang berarti tanah batak, merupakan suatu nama yang lebih menunjuk ke kawasan geografis dan bukan kawasan budaya atau suku". terangnya. Di arsip misionaris yang menyimpan sekitar 100.000 arsip berisi informasi penting berkaitan dengan aktivitas dan pemikiran di Tanah Batak sejak pertengahan abad 19, Ichwan menemukan dan meneliti puluhan peta, baik peta bata lander yang dibuat peneliti terkenal Jerman bernama Junghuhn, maupun peta - peta lain sebelum dan setelah peta Junghuhn dibuat. Dari peta - peta yang diteliti tersebut, ungkap Ichwan, memperlihatkan adanya kebingungan para musafir barat dan misionaris Jerman untuk meletakkan dan merekonstruksi secara pas sebuah kata Batak dari luar untuk diberikan kepada satu kelompok etnik yang heterogen yang sesungguhnya tidak mengenal kata ini dalam warisan sejarahnya. Dalam peta - peta kuno itu kata Bata Lander hanya digunakan sebagai judul peta tetapi di dalamnya hanya nampak lebih besar dari judulnya nama - nama seperti Toba, Rajah, Pac Pac, Karo, dimana nama batak tidak ada sama sekali. Dalam salah satu peta, kata Batak di dalam peta digunakan sebagai pembatas kawasan Aceh dengan Minangkabau.
Kebingungan para misionaris Jerman untuk mengkonstruksi kata Batak sebagai nama suku juga nampak dari satu temuan terhadap peta misionaris Jerman sendiri yang sama sekali tidak menggunakan judul bata lander sebagai judul peta dan membuang semua kata batak yang ada dalam edisi penerbitan peta itu, di dalam laporan tahunan misionaris. Padahal sebelumnya mereka telah menggunakan kata batak tersebut. Kata Batak yang semula nama ejekan negatif penduduk pesisir kepada penduduk pedalaman dan kemudian menjadi nama kawasan geografis penduduk dataran tinggi Sumatera Utara yang heterogen  dan memiliki nama - namanya sendiri pada awal abad 20 bergeser menjadi nama etnik dan sebagai nama identitas yang terus mengalami perubahan. Setelah misionaris Jerman berhasil menggunakan nama Batak sebagai nama etnik, pihak pemerintah Belanda juga menggunakan konsep Jerman itu dalam pengembangan dan perluasan basis - basis kolonialisme mereka. Bahkan dalam penelitian itu, ujar Ichwan ditemukan nama Batak digunakan sebagai nama etnik para elit yang bermukim di Tapanuli Selatan yang beragama Islam. Dalam sebuah majalah yang diterbitkan di Kotanopan, Tapanuli Selatan, tahun 1922, oleh pemimpin orang - orang Mandailing seperti Sutan Naposo, Gunung Mulia dan lain - lain, mereka menggunakan kata Batak sebagai identitas. Bahkan nama media mereka diberi nama Organ Bataksche-Studiefonds dan uniknya mereka tidak menggunakan marga Mandailing mereka di belakang nama. (rmd.analisa)

Artikel diatas ditulis oleh Dr. Phil Ichwan Azhari, salah seorang sejarawan dan budayawan Sumatera Utara dan merupakan ketua dari Pusat Studi Sejarah dan Ilmu - Ilmu Sosial Lembaga Penelitian Universitas Negeri Medan (Pussis - Unimed). Tulisan ini merupakan buah tangan beliau ketika meneliti di Arsip Misionaris Wuppertaal Jerman dan disumbangkan sebagai  salah satu bibliografi yang dapat memperkaya khazanah diskursus mengenai Batak dan Non Batak. Artikel ini dipilih oleh Saia, karena saia merasa bahwa artikel ini cukup komprehensif membahas mengenai perkembangan terminologi Batak dan kaitannya dengan sub etnis di dalamnya. Semoga konflik Batak dan Non - Batak ini tidak memecah kesatuan di dalam NKRI serta Sumatera Utara pada khususnya..

Sumber
http://bataknews.tumblr.com/post/1606040626/nama-batak-bukan-dari-orangnya
Diposkan oleh SOPO PANISIOAN di 03:24

 

4 komentar:

  1. BANGSO BATAK NAULI: Tano Batak, Bangso Batak, Agama Batak, Surat Batak, Adat Batak, Bahasa Batak, Sudah cukup membuktikan, bahwa arti nama Batak bukan datang dari luar tanah Batak. Sejarah, Turi-turian,dan Legenda yang Terjadi,di Tanah Batak,sudah cukup membuktikan,kata Batak bermula di tanah Batak. HABATAHON DO MULA NI BATAK. Tidak ada satu Manusia yang mencipta,atau megubahnya.

    BalasHapus
  2. bukti yg mana pal??? dalam lak-lak toba sendiri tdk pernah ada penyebutan kata batak.., kalau memang ada penyebutan kata Batak pada lak-lak terdahulu coba buktikan lak-lak/hikayat/pustaka apa namanya??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bangso Batak Nauli: Saya bukan menggugat pendapat sauda2. Tentang asal mula kata BATAK, kita dapat membuktikan kebenaran yang sebenar-benarnya, melalui 1 TURI-TURIAN. 2 LEGENDA, 3 KEPERCAYAAN, MENJADI SEJARAH BANGSO BATAK. Terbukti melalui ADAT BATAK DALIHAN NA TOLU, INILAH YANG DI KATAKAN BANGSO BATAK NAULI. Menjadi rumpun BATAK. Sebelum ada MANUSIA LUAR/PENJAJAH yang datang ke Nusantara ini, sudah ada Manusia yang menghuni seluruh pelosok Nusantara ini. Di jaman PURBA,tidak ada lagi nama2 SUKU BANGSA INI. Bermula dari sinilah Manusia yang BERTAMADUN,menjadi satu rumpun BANGSA MELAYU TUA. Sesuai peredaran JAMAN,bermula TAMADUN dan KEPERCAYAAN MANUSIA,MENJADIKAN ADAT DAN BUDAYA SETIAP SUKU MASING2. BUKU LAK-LAK/HIKAYAT/PUSTAHA,DI BUAT MANUSIA SESUAI PEGETAHUAN MANUSIA PADA JAMAN ITU,MENJADIKAN SEJARAH SETIAP BANGSA,YANG ADA DI ATAS BUMI INI. HABATAHON:Tidak di buat Manusia BATAK sesuai kemahuan Manusia BATAK,HABATAHON MEMBERI TAHU KEPADA BANGSO BATAK SEGALA YANG BERMULA DAN BERAHIR,DAN YANG KEKAL SELAMANYA. 1 KELAHIRAN,2 KEHIDUPAN,3 KEMATIAN, TIGA UNSUR MENJADIKAN MANUSIA AGUNG SESUAI DI JAMANNYA. BERMULALAH BANGSO BATAK 1 MEMPUNYAI ADAT,2 MEMPUNYAI HUKUM,3 MEMPUNYAI KEPERCAYAAN. 1 HABATAHON,2 HAMALIMON,3 HAHOMION. Horas...

      Hapus
    2. Bangso Batak Nauli: Saya bukan menggugat pendapat sauda2. Tentang asal mula kata BATAK, kita dapat membuktikan kebenaran yang sebenar-benarnya, melalui 1 TURI-TURIAN. 2 LEGENDA, 3 KEPERCAYAAN, MENJADI SEJARAH BANGSO BATAK. Terbukti melalui ADAT BATAK DALIHAN NA TOLU, INILAH YANG DI KATAKAN BANGSO BATAK NAULI. Menjadi rumpun BATAK. Sebelum ada MANUSIA LUAR/PENJAJAH yang datang ke Nusantara ini, sudah ada Manusia yang menghuni seluruh pelosok Nusantara ini. Di jaman PURBA,tidak ada lagi nama2 SUKU BANGSA INI. Bermula dari sinilah Manusia yang BERTAMADUN,menjadi satu rumpun BANGSA MELAYU TUA. Sesuai peredaran JAMAN,bermula TAMADUN dan KEPERCAYAAN MANUSIA,MENJADIKAN ADAT DAN BUDAYA SETIAP SUKU MASING2. BUKU LAK-LAK/HIKAYAT/PUSTAHA,DI BUAT MANUSIA SESUAI PEGETAHUAN MANUSIA PADA JAMAN ITU,MENJADIKAN SEJARAH SETIAP BANGSA,YANG ADA DI ATAS BUMI INI. HABATAHON:Tidak di buat Manusia BATAK sesuai kemahuan Manusia BATAK,HABATAHON MEMBERI TAHU KEPADA BANGSO BATAK SEGALA YANG BERMULA DAN BERAHIR,DAN YANG KEKAL SELAMANYA. 1 KELAHIRAN,2 KEHIDUPAN,3 KEMATIAN, TIGA UNSUR MENJADIKAN MANUSIA AGUNG SESUAI DI JAMANNYA. BERMULALAH BANGSO BATAK 1 MEMPUNYAI ADAT,2 MEMPUNYAI HUKUM,3 MEMPUNYAI KEPERCAYAAN. 1 HABATAHON,2 HAMALIMON,3 HAHOMION. Horas...

      Hapus