Powered By Blogger

Kamis, 22 Agustus 2013

Sejarah Bandar Udara dan Daerah Polonia



Sejarah Bandara Polonia

Polonia adalah daerah yang dari dahulu dikenal dan seiring perkembangan kota Medan, menjadi saksi bisu kemajuan dunia dirgantara Sumatera Utara. Berbagai pesawat, maskapai dan penerbang telah mencicipi sulitnya mengendalikan si burung besi di kawasan padat penduduk kota Medan dilatari kontur perbukitan Bukit Barisan. Padat penduduk dan kontur lingkungan yang bergelombang menandakan gambaran tidak layak wilayah Polonia sebagai area penerbangan. Meski demikian telah 139 tahun Polonia diidentikkan dengan konsep kedirgantaraan, dan hal tersebut seharusnya diapresiasi seiring dengan kepindahan Bandar udara utama Polonia ke Kuala Namu International Airport (KNIA) terhitung sejak 25 Juli 2013. Meski telah “habis tempat” akan tetapi jasa dan kenangan akan bisingnya wilayah Polonia tidak akan lekang dari sanubari penduduk yang terkenang akan raungan mesin – mesin pesawat di area yang dahulunya permukiman orang Polandia tersebut.

Sejarah perkembangan daerah Polonia, Medan tercatat sejauh tahun 1872 dimana area tersebut dimiliki oleh seorang berkebangsaan Polandia bernama Michalsky. Area rawa tak bertuan tersebut dibeli dan diolah oleh Michalsky menjadi area perkebunan tembakau yang cukup luas dan produktif. Dikarenakan wilayah tersebut masih berlabel “tanah tak bertuan” maka Michalsky menamakan daerah tersebut POLONIA, bahasa latin untuk menyebut Polandia, dengan harapan daerah tersebut dapat dikembangkan sebagai perkampungan orang Polandia yang bekerja di daerah Sumatera Timur. Tak lama kemudian, pada tahun 1879 Michalsky menjual perkebunannya kepada konsesi Nederlansche Vereeneging Deli Matschappij (Deli Mij) yang berbuntut pada penggusuran warga Polandia di daerah Polonia. Penggusuran ini pun ditengarai tidak lama karena kemudian kapling – kapling perkebunan tersebut dikonsesikan kepada pemerintah Kolonial untuk dijadikan masterplan pembangunan perumahan para ekspatriat asing. Hal ini mungkin disebabkan sudah berdirinya beberapa perumahan berdesain barok milik Baron Michalsky dan beberapa karyawannya.

Ket: Rumah Baron Michalsky di Polonia "tempo doeloe"

Setelah tahun 1909 perkembangan kota Medan yang semakin meluas menyebabkan perkembangan di beberapa daerah sekitar Polonia, antara lain daerah Sei Mati / Sukaraja, Kotamaksum, Pasar Lama dan Glugur. Bahkan di lingkup Polonia sendiri sudah berdiri beberapa kampung mandiri yang bercorak suku yaitu perkampungan orang India di sebelah barat, perkampungan Minangkabau sebelah tenggara, perkampungan Arab di sebelah timur persis di seberang Pasar Lama dan perkampungan orang Melayu dan Mandailing yang tersebar di daerah – daerah sebelah utara. Munculnya perkampungan – perkampungan yang mengitari daerah sekitar Polonia, Istana Maimoon dan Pasar Lama mungkin ada kaitannya dengan pengesahan status Kota Medan menjadi Gemeente. Indikator kemajuan kota Medan yang lain adalah dengan keberadaan kurang lebih 10.000 orang China yang telah berdomisili di daerah Pasar Lama – Kotamaksum.

Seiring dengan rencana kedatangan penerbangan perintis Fokker oleh trio van der Hoop, VP. Poelman dan  Van der Broeke dari Belanda menuju Medan, maka ada inisiatif dari pemerintah gemeente untuk membangun sebuah lapangan terbang sederhana, meski kemudian keinginan tersebut gagal terpenuhi akibat mepetnya waktu dan persiapan. Pendaratan van der Hoop dan kawan – kawannya di alihkan ke pacuan kuda Deli Renvereninging. Pembangunan lapangan terbang yang gagal tersebut kemudian dimunculkan kembali oleh Gubernur Sumatera Timur saat itu, CS van Kempen pada taun 1910 dan berhasil diimplementasikan dengan terbangunnya sebuah lapangan terbang sederhana pada tahun 1028. Kedatangan enam pesawat KNILM milik pemerintah Kolonial menandai keberhasilan pembangunan tersebut, sekaligus meresmikannya. Nama Polonia kembali dicantumkan sebagai nama lapangan tersebut hingga kini. Pada tahun 1936 landasan pacu lapangan udara tersebut direnovasi sejauh 600 meter. Seiring kemerdekaan, keberadaan Lapangan Udara Polonia menjadi vital, sehingga ikut diakuisisi oleh Pemerintah Republik Indonesia. Keberadaan Lapangan udara yang mengatur perjalanan kedirgantaraan arus lalu lintas udara Indonesia di bagian Sumatera tersebut menjadi tidak tergantikan, bahkan menjadikan kota Medan sebagai kota terpadat ketiga di Indonesia disamping Jakarta dan Surabaya. Pada tahun 1975 Departemen Pertahanan dan Keamanan RI meresmikan status pengelolaan bersama lapangan udara Polonia menjadi Pangkalan Udara AURI dan Pelabuhan Udara Sipil. Pada tahun 1985 pengelolaan tersebut beralih kepada PT Angkasa Pura, seiring 1 Januari 1994 berubah menjadi PT ANGKASA PURA II (Persero).

 


Pada tahun 2006 Wakil Presiden Jusuf Kalla menginginkan adanya sebuah bandara yang jauh lebih besar dan memiliki landasan pacu yang lebih banyak dibanding dengan Bandara Polonia sekarang. Hal ini disebabkan sudah terlalu sempitnya Polonia sebagai bandara yang tidak mungkin diperluas karena area disekeliling bandara tersebut telah berubah menjadi perumahan – perumahan padat penduduk. Jusuf Kalla menginginkan adanya sebuah Bandara yang jauh dari keramaian sehingga mampu meminimalisir potensi kecelakaan di daerah perumahan dan tentu lokasi yang selalu dapat diperluas. Lokasi tersebut jatuh pada daerah Kuala Namu. Pada tahun 2013 bandara Kuala Namu International Airport (KNIA) dirasa sudah siap operasional. Oleh karena itu terhitung 25 Juli 2013 pukul 00.00 semua penerbangan komersil Bandara Polonia dialihkan ke Bandara Kuala Namu, yang terintegrasi dengan system tol, kereta api dan terminal bus. Pengelolaan Bandara Polonia kemudian diserahkan kepada TNI – AU dan kemudian diganti nama menjadi Pangkalan Udara Soewondo, sebuah penghargaan kepada Prajurit AURI Soewondo yang gugur tertembak pesawat Belanda di Pematang Siantar.

Sumber:
2Daniel Perret. 2010. Kolonialisme dan Etnisitas: Batak dan Melayu di Sumatera Timur Laut. Jakarta: KPG.

Special Thanks:
1My dearest supporter within time, Yohana Samuelin Morina br Ginting, S.Si. Theol
2Prajurit Soewondo, bersama ribuan bunga bangsa yang pernah berjuang membela kemerdekaan Bangsa Indonesia, Swa Bhuwana Paksa
3Warga Polonia, Medan… Semoga jasa Bandar udara Polonia tetap dikenang sebagai mantan gerbang utama Sumatera Utara.